Sabtu, 01 November 2008

Syaikh Alwi Almaliki, Siapakah Dia?




Syaikh Muhammad Alwi AlMaliki duhulunya adalah pernah ngajar di haram (tanah suci), dan orang salafy. Kemudian setelah itu banyak penyimpangan-penyimpangan. Salah satunya buku yang menunjukkan penyimpangannya adalah dia menulis bukuyang berisi pengkultusan Nabi Shalllallahu 'Alaihi Wassalam dan mengarang tentang sunnahnya maulid nabi Shalllallahu 'Alaihi Wassalam. Kemudian habis itu, ia dikeluarkan atau dipecat dari mengajar di halaqah di masjidil haram oleh kepemimpinan tinggi masjid al haramain.

Bahkan terjadilah hiwar (debat/dialog) yang sangat kuat sekali antara syaikh Sulaiman Ibnu Mani' (Anggota Kibar Ulama Saudi) dengan Syaikh alwi almaliki di Mekkah, dan hiwar/dialog itu direkomendasikan oleh Syaikh AbdulAzis bin Baz ( Mufti Kerajaan Arab Saudi waktu itu ) dan terbitlah bukunya dan sudah diterjemahkan "Dialog dengan Alwi Al Maliki", Silahkan baca bukunya.

Syaikh Sulaiman Ibnu Mani' membantah dengan nash Al Quran, Sunnah Nabi Shalllallahu 'Alaihi Wassalam, dan akal terhadap pendapat alwi al maliki yang membolehkan Maulid Nabi, Ngalap Berkah orang suci, Tawassul dengan Panggilan orang yang dicintai.

Ikhwani fillah A'azakumullah....Syaikh Alwi Al Maliki sebenarnya memiliki manhaj yang baik sebelum ia dikeluarkan dari mengajar di masjidil haram.

TETAPI sekarang manhajnya sudah rusak, akidahnya sudah rusak, dan banyak disana ia menghalalkan tawassul yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya, bahkan mengagungkan Rasulullah sampai-sampai menjadikan RasulullahShalllallahu 'Alaihi Wassalam seolah-olah sebagai ilah atau sebagaiTuhan, dan hal ini adalah sumber dari kesesatan agama Syi'ah, yangmereka mengagungkan Rasulullah Shalllallahu 'Alaihi Wassalam melebihiderajat yang Allah turunkan kepada dia (Rasulullah Shalllallahu 'AlaihiWassalam). Syaikh Alwi Al Maliki setelah disuruh taubat oleh para ulamadisana ( Saudi maksudnya ). Ia tidak mau taubat dari perbuatan dosanya,Akhirnya pemerintah setempat memutuskan menghukum Syaikh Sayyid Alwi AlMaliki sebagai tahanan rumah. Dan menurut cerita teman saya, suatu ketika ia pernah nekad untuk keluar untuk sholat ied di masjidil haram,dan ketika keluar dari masjidil haram dan para syabab tahu bahwa orang tersebut adalah syaikh yang memiliki dan mendakwahkan aqidah tauhid yangrusak, akhirnya para syabab langsung mengerubungi dia untuk berusahamemukulinya, akhirnya mulai saat itu, pemerintah setempat melarang ia dari sholat id (ditempat umum).

Syaikh alwi al maliki menyebarkan kesesatan ajarannya melalui pembangunan ma'had diberbagai tempat dengannama ma'had "Ar ribath", dia membungkus kesesatan ajarannya dengan slogan ajaran cinta kepada ahlul bait (allawiyyin) , yang sebenarnya adalah mencela kepada ahlul bait itu sendiri !!!. Ma'had Ar ribath diMekkah didirikan oleh dia di tempat yang sangat tersembunyi sekali, "laaya'rifuha illa ahluha" / "tidak ada orang yang tahu kecuali orang -orang yang menginduk kepada ma'had ini". Sampai saya sendiri pernah mencoba mencari tahu ma'had ar ribath kayak apa ???, tapi tidak ketemu...karena mereka tahu bahwa saya dari jam'iyyah islamiyyah daripenampilan saya. Di Maroko dan Madinah didirikan ma'had ar ribath juga. Santrinya memiliki ciri khas yang sangat unik sekali diantaranya memakai gamis seperti yang saya pakai TETAPI gamis mereka nyapu masjid/lantai(isbal maksudnya ) dan memakai selendang hijau (coba antum teliti,penampilan kyai-kyai NU...niscaya antum akan tahu dengan siapa diabelajar).

Sampai-sampai ketika mereka keluar masuk di perkemahan dan hotel-hotel jama'ah haji mereka mengatakan "Kita ini dari IslamicUniversity menawarkan kambing kurban 200 riyal ?" padahal kambing yangkita beli itu harganya 350 riyal. "Sisanya dari mana ? "Sisanya ?Wallahu a'lam bish showab", Mengapa mereka berani menjual kambing dengan200 riyal ?, karena mereka menyembelih kambing sebelum hari id dengandalil bahwa (kata mereka) madzab Syafi'iyyah membolehkannya. Padahal tidak ada madzab syafi'i yang membolehkannya !!!. Kemudian habis itu yaikhwan...ciri-cirinya mereka itu, Masya Allah...kelihatannya merekailtizam kepada sunnah, padahal mereka itu menindas-nindas dan menguburkan sunnah itu sendiri. Sunnahnya bagaimana? Sunnah yang mereka sering tampakkan adalah hadits yang berbunyi (yang artinya) "Sholat menggunakan siwak itu pahalanya lebih dari 70 kali sholat", padahalhadits ini adalah hadits yang dho'if !!! Kalaupun seandainya hadits in iadalah hadits yang shohih, maka derajatnya hasanun lighoirihi. Ketika mau sholat, mereka langsung ambil siwak, meskipun imam sudah takbir,mereka tetap sibuk siwak-an, padahal Rasulullah Shalllallahu 'AlaihiWassalam mengatakan "fa idzaa kabbara fakkabaruu.."Apabila ia (imam)bertakbir, bertakbirlah kalian..". ngga' usah pakai ushalli...ngga' usahpakai siwak.

Adapun mengenai murid-muridnya ...Murid-muridnya banyak sekali bertebaran di Indonesia, bahkan sekarang ini banyak dan lebihbanyak lagi, mereka membuat jam'iyyah lanjutan setelah Ma'had ArRibath...yaitu Jam'iyyah Al Ahqaf. Apel siaganya tiap pagi adalah...keliling kuburan syaikh mereka. Oleh karena tidak pantas mereka menisbatkan pesantrennya kepada salafiyyah, karena salafiyyah adalah..salafy adalah ashhabunnabi Shalllallahu 'Alaihi Wassalam wa ashhabulkiram, itu yang kita nama salafiyah. dan kita tidak menyebut pesantren mereka dengan pesantren salafiyyah !!! Salafiyyah yang mereka (murid Alwi Al Maliki di Indonesia dan Nahdatul 'Ulama) maksudkan adalah pesantren tradisional, ngajinya pake kitab kuning, mandinya dengan 2qullah meskipun sudah kotor/butek/keruh airnya sampai-sampai membuatkulit gatal. ( maksudnya orang - orang "salafiyyah" NU mengganggap bahwa air yang telah mencapai 2 qullah tidak dapat ternajisi oleh apapun...padahal pemahaman yang benar tidaklah demikian )

Nah oleh sebab itu, IkhwanifillahA'azzakumullah....dikatakan pula Syaikh Alwi Al Maliki ini memilikiziarah (kunjungan) ke Indonesia setiap satu tahun sekali, ziarahnya langsung ke Jawa Timur, ke tempat para fans nya ( maksudnya bekas muridnya ), Saya orang jawa timur...dan banyak bertemu denganpengikut-pengikut mereka ini.

Bahkan satu cerita mengatakan, Wallahua'lam cerita ini betul atau tidak...bahkan diantara orang-orang yang diziarahi terutama orang-orang madura... arek-arek situbondo itu...mereka rela menikahkan anaknya dengan syaikh ini, dalam rangka mengambil keturunan habaib. Perlu kita ketahui keturunan habaib tidakada fungsinya disisi Allah Ta'ala kecuali dengan taqwa !!!.

Habaib banyak...habaib banyak di Indonesia...yang ngaku habaib...habib...habib...habib, tapi perbuatannya...adalah menyalahi SunnahRasulullah Shalllallahu 'Alaihi Wassalam, bukan pencinta RasulullahShalllallahu 'Alaihi Wassalam. Katanya habaib juga masih main perempuan... Katanya habaib juga masih jualan tanah surga,katanya...perbuatan macam apa yang dilakukan para habaib seperti ini ???

Ikhwanifillah... antum coba sekarang lihat di Bogor, kebetulan sayawaktu itu tinggal di Jakarta dan saya suka ke Bogor...disana ada kuburan yang dikeramatkan milik habib fulan... omzetnya setiap hari atau setiap minggu, melebihi 30 Juta, oleh karena itu mereka tidak mau meninggalkan kerjaan seperti ini...bayangkan 1 minggu dapat 30 juta...bandingkan dengan gaji pegawai negeri...satu minggu dapat berapa ??? belum potongan-potongan yang lain..., yang datang disana juga para pejabat -pejabat, seperti inilah kondisi umat kita, yang mau dibohongi oleh pemuja-pemuja kuburan habaib. Dan parahnya...para prajurit-prajurit alawiyyin (maksudnya murid alwi al maliki) ini banyak mengajar diPesantren NU, seperti Pesantren Tebu Ireng, Pesantren Kyai As'ad, dan Pesantren Ash Shidiqiyyah di Kedoya Jakarta. Ciri-ciri mereka sama...kalau pake gamis, sorbannya/selendangnya berwarna hijau...kalau pake sarung, ngga' tahu saya ciri-ciriya...

(SELESAI TANYA JAWAB )Sumber : ditranskrip dari CD Dakwah Bedah Buku Intensif 2004 CD-3,Sesi tanya jawab (kajian tanggal 13 Dzulhijjah 1424 H)

Next: Membahas tentang kitab-kitab Alwi Almaliki

6 komentar:

  1. siapa ente nak kutuk beliau??beliau seorg ahli hadis..sekurang2nya seratus ribu hadis dlm ingatan beliau beserta matan serta sanadnya..jgn ente bersikap kurang sopan dgn golongan habaib terutamanya yang alim lagi warak..mmg xdinafikan bahwa ada dikalangan habaib itu xbaik kerana mereka bkan maksum spt nabi..walaupun mereka itu keturunan baginda s.a.w....tetapi banyk jugak yg alim lagi warak..ana mau tanya, adakah hadis dhoif itu langsung x boleh dipakai??ente sudah habis belajar ilmu hadis??adakah menziarahi kubur para habaib yg masa hidupnya diketahui adalah alim dan warak dan mungkin jugak wali adalh tidak boleh??menziarahi kubur mereka utk mendpt berkat kerana maqamnya disisi Allah..bkan utk memuja..tanpa kitab kuning, ente xpaham alquran dan hadis..ente kena tengok sejarah terutamanya sejarah kota mekah sebelum thn 1924..

    BalasHapus
  2. Untuk Atas :
    Maaf Saya tidak begitu Faham apa maksud anda.
    --
    Saya tidak memandang seorang Ahli Ilmu Kalam dan Tasawuf adalah Alim yang harus ditaati.

    Imam Abu Hanifah Rahimahullah berkata: “Aku telah menjumpai para ahli Ilmu Kalam. Hati mereka keras, jiwanya kasar, tidak peduli jika mereka bertentangan dengan al-Qur-an dan as-Sunnah. Mereka tidak memiliki sifat wara’ dan tidak juga takwa.” [Manhaj Imam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah]

    Imam Abu Hanifah Rahimahullah juga berkata saat ditanya tentang pembahasan dalam ilmu kalam dari sosok dan bentuk, ia berkata: “Hendaklah engkau berpegang kepada as-Sunnah dan jalan yang telah ditempuh oleh Salafush Shalih. Jauhi olehmu setiap hal baru, karena ia adalah bid’ah.” [Manhaj Imam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah]

    Al-Qadhi Abu Yusuf (wafat th. 182 H) Rahimahullah [Siyar A’laamin Nubalaa’], murid dari Abu Hanifah Rahimahullah, berkata kepada Bisyr bin Ghiyaats al-Marisii: [Lihat Miizanul I’tidal karya Imam adz-Dzahabi ] “Ilmu tentang kalam adalah suatu kebodohan dan bodoh tentang Ilmu Kalam adalah suatu ilmu. Seseorang, manakala menjadi pemuka agama atau tokoh ilmu kalam, maka ia adalah zindiq atau dicurigai sebagai zindiq (kafir).” Dan beliau berkata pula: “Barangsiapa yang belajar ilmu kalam, ia akan menjadi zindiq...” [Syarah ‘Aqiidah ath-Thahawiyah, tahqiq Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin at-Turki]

    Imam Ahmad Rahimahullahberkata: “Pemilik ilmu kalam tidak akan beruntung selamanya. Para ulama kalam itu adalah orang-orang zindiq.” [Talbis Iblis ]

    Imam Ibnul Jauzy Rahimahullah(wafat th. 597 H) berkata: “Para ulama dan fuqaha (ahli fuqaha) umat ini dahulu mendiamkan (mengabaikan) ilmu kalam bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena mereka menganggap ilmu kalam itu tidak mampu menyembuhkan seorang yang haus, bahkan dapat menjadikan seorang yang sehat menjadi sakit. Oleh karena itu, mereka tidak memberi perhatian kepadanya dan melarang untuk terlibat di dalamnya.” [Manhaj Imam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah ]

    Imam Syafi’i Rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang memiliki ilmu kalam, ia tidak akan beruntung.” Beliau juga mengucapkan: “Hukum untuk Ahli Kalam menurutku adalah mereka harus dicambuk dengan pelepah kurma dan sandal atau sepatu dan dinaikkan ke unta, lalu diiring keliling kampung. Dan dikatakan: ‘Inilah balasan orang yang meninggalkan al-Kitab dan as-Sunnah dan mengambil ilmu Kalam.’” [Ahaadits fii Dzammil Kalam wa Ahlihi ]

    Beliau Rahimahullah juga menyatakan [Diwan Imam Syafi’i]

    Segala ilmu selain al-Qur-an hanyalah menyibukkan.
    terkecuali ilmu hadits dan fiqh untuk mendalami agama.
    Ilmu adalah yang tercantum di dalamnya: “Qoola Hadatsana (Telah menyampaikan hadits kepada kami).” selainnya itu adalah ‘gangguan syaitan’ belaka.

    Kemudian anda mengatakan bahwa menziarahi kubur para Wali untuk mendapatkan berkat karena Maqamnya disisi Allaah? Mana dalil SAHIHnya? Sebutkan Ulama Ahli Hadits macam Imam Bukhari atau Imam Muslim yang meriwayatkannya??

    Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengajarkan ummat Islam tentang bagaimana cara yang benar dalam beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan semuanya. Oleh karena itu, ummat Islam wajib ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mereka mendapatkan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kejayaan dan dimasukkan ke dalam Surga-Nya.

    Para sahabat Radhiyallahu ‘ajmain dahulu tidaklah ber-tawassul dengan zat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang mereka lakukan adalah meminta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya mendo’akan mereka. Jadi, memita tolong kepada orang yang hadir (ada di tempat), masih hidup lagi mampu memberi bantuan adalah dibolehkan, namun tidak boleh meminta sesuatu yang merupakan hak Allah Azza wa Jalla. Ini untuk orang yang masih hidup.

    Adapun orang yang sudah mati, tidak boleh ber-tawassul dan meminta syafaat kepadanya secara mutlak, bahkan itu merupakan salah satu di antara perantara-perantara menuju kesyirikan.

    BalasHapus
  3. subhanalloh............
    siapa dan bagaimana sebenarnya syekh almaliki???
    semoga alloh mengampuni dosa-dosa kita.......

    syekh almaliki adalah penganut ahlussunnah wal jama`ah. masalah memperbolehkan tawassul, ngalap berkah dengan maulid nabi... kita sebagai orang beriman harus bijak. jangan tampar sana tendang sini, sebab yang meyakini juga banyak sekali dari kalangan `ulama........

    saya yakin seorang muhaddits seperti syekh almaliki lebih memahaminya... sebab tawassul itu juga hasil dari istinbath dari alqur`an dan assunnah......

    ikhwan saya yang sangat sangat dan sangat memperhatikan syari`ah..... jangan sampai kita menganggap sesat orang sesama islam apalagi mengkafirkan sebelum jelas haqqul yaqin-nya.... yang kita hawatirkan jika jika merekalah yang lebih benar....

    ikhwan..........

    sampai kapan uamat islam akan terus begini...
    hujat sana hujat sini..... marilah kita berfikir yang bijak dan toleran....

    impian saya......... bagaimanapun aqidah seorang muslim alangkah baiknya kita bersatu padu melawan musuh kita yang sesungguhnya....

    ikhwan karim...

    kalo memperingati maulid nabi saja anta mencak-mencak begittu, alangkah baiknya saudara mencaka-mencak pada orang kafir yang memecah belahkan kita...........

    BalasHapus
  4. Untuk Atas.

    Barakallaahu fikh atas Komentarnya.

    Syaikh Alwi Almaliki, secara terbuka meyakini Tawassul dengan landasan hadits berikut :
    ’Umar radhiyallâhu ’anhu berkata : ”Ya Allôh, kami dulu bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, lalu Engkau turunkan hujan kepada kami, dan sekarang kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan.” Anas berkata : ”Lalu turunlah hujan kepada mereka.” [HR Bukhârî]

    Jawaban:
    Tawassul dengan Doa orang Shalih yang masih hidup tidaklah mengapa! Yang dipermasalahkan adalah dengan perantara para orang Shalih yang telah meninggal!

    Ĥadîts di atas tidak syak (ragu) lagi menunjukkan bolehnya bertawassul dengan orang shâliĥ yang masih hidup dan hadir, lalu kita meminta kepadanya untuk mendoakan kemashlahatan bagi kita. Karena memang pada saat itu Paman Nabi masih hidup, jadi para sahabat bertawasul melaluinya.

    Sekiranya bertawassul dengan mayit dibolehkan, lantas kenapa ’Umar radhiyallâhu ’anhu tidak bertawassul kepada Rasūlullâh yang telah meninggal dunia, namun malah mendatangi paman Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Salam. Bukankah Rasūlullâh lebih mulia dan lebih shâliĥ dibandingkan paman beliau radhiyallâhu ’anhu? Apabila bertawassul dengan mayit diperbolehkan, niscaya Rasūlullâh lebih utama untuk ditawassuli daripada ’Abbâs, dan ’Umar tidak perlu mendatangi ’Abbas dan mengatakan, ”Ya Allôh, kami dulu bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, lalu Engkau turunkan hujan kepada kami, dan sekarang kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan.”

    Ĥadîts di atas menunjukkan bahwa ketika Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Salam masih hidup, ’Umar bertawassul dengan beliau, hal ini tampak pada ucapan beliau ”kami dulu bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, lalu Engkau turunkan hujan kepada kami” dan setelah Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Salam wafat, beliau tidak bertawassul lagi dengan Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Salam, namun beliau mendatangi ’Abbas, paman Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Salam dan bertawassul dengan beliau, hal ini tampak pada ucapan beliau ”dan sekarang kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami”.

    Dari riwayat ĥadîts tampak bahwa ’Umar pergi mendatangi ’Abbâs, untuk bertawassul dengan do’a beliau, bukan dengan kehormatan atau kemuliaan ’Abbâs. Kalimat ”kami dulu bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami” dan ”kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami”, pada kalimat ini ada kata yang maĥdzūf (tersembunyi) dan taqdir (perkiraan)-nya bisa jadi ”kemuliaan/kehormatan” [sehingga menjadi : ”kami dulu bertawassul kepada-Mu dengan kemuliaan Nabi kami” dan ”kami bertawassul kepada-Mu dengan kemuliaan paman Nabi kami”, taqdir semacam ini adalah dari pemahaman kaum shufiyun quburiyun] atau bisa jadi taqdir-nya adalah ”do’a” [sehingga menjadi : ”kami dulu bertawassul kepada-Mu dengan doa Nabi kami” dan ”kami bertawassul kepada-Mu dengan doa paman Nabi kami”] taqdir kedua inilah yang lebih benar, dengan sedikitnya dua alasan :
    Apabila taqdir (perkiraannya) bahwa kata yang maĥdzūf itu adalah ”kehormatan/kemuliaan”, lantas mengapa ’Umar sampai bersusah payah datang kepada ’Abbâs, padahal ia dapat berdo’a dengan kemuliaan ’Abbâs di rumahnya, dengan mengatakan ”Ya Allôh, kami bertawassul kepada-Mu dengan kemuliaan paman Nabi kami”..

    Apabila taqdir (perkiraannya) adalah ”kemuliaan”, niscaya kemuliaan Nabi lebih besar dan agung, sehingga beliau lebih berhak ditawassuli.
    Sedangkan realitanya, ’Umar tidak bertawassul dengan Nabi, beliau malah mendatangi ’Abbas dan bertawassul dengan beliau.


    Coba sebutkan Hadith shahih yang menyatakan para sahabat bertawasul melalui Orang Meninggal, seperti yang diyakini syaikh almaliki dan para sufy.

    Antum menyebutkan yang meyakini tawassul dengan para Jenazah diperbolehkan dari kalangan Ulama. Coba sebutkan!
    Atau coba sebutkan dari kalangan Ahli Hadits Jaman dulu? seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, atau Imam 4 Mahzab!

    Tak satupun dari mereka yang memperbolehkannya!! Bahkan dengan lantang mengharamkannya! beberapa Ulama terdahulu ada yang mengatakan, jika pelakunya tidak mau tobat maka mereka keluar dari Islam.

    Siapa yang mencak-mencak waktu anda memperingati Maulid Nabi? Yang ada cuma nasehat. Kalau anda tidak mau menerima itu terserah anda.

    Saya bisa kok mencak-mencak sama orang kafir yang memusuhi kita. :D

    BalasHapus
  5. he2...sibuk debat ya.siapa yang dapat membaca akidah seseorang dengan akal pikirannya.ilmu Allah maha luas tidak dapat dijabarkan oleh pikiran yang sempit..lihatlah ibadah kita dulu masing2 apa udah yakin diterima oleh Allah?jangan banyak menilai ibadah orang.nanti hanya bisa jadi tukang hujat dan tukang hasut.renungkanlah agama dengan hati tenang bukan dengan kekasaran...saudaraku jangan sibuk mencela dan menghina saudara yang lain.nabi sudah memberikan gambaran bahwa pendapat itu akan beragam pada umatnya..serahkan pada masing2..

    BalasHapus
  6. sipppppppppppppppppppp...

    akhirnya ana dapet juga fatwa/sikap ulama kibar kepada Alwi Al Maliki....

    Alwi Al maliki selalu digembor2kan oleh orang NU, katanya ulama besar di Saudi....ternyata

    BalasHapus